Jakarta –
Letkol Tek. YH Yogaswara merupakan salah satu prajurit Tentara Nasional (TNI) yang menerima beasiswa LPDP. Selepas menamatkan studinya, Letkol Yoga terus mengembangkan senjata militer Tanah Air.
Sebagai informasi, tidak banyak prajurit Tentara Nasional Indonesia yang menempuh pendidikan tertinggi hingga doktor. Jenjang karier mereka banyak terbentuk dari pengalaman penugasan serta mengikuti berbagai pendidikan militer yang tersedia.
Bagi Letkol Tek. YH Yogaswara itu saja tidaklah cukup. Letkol Yoga mengantongi gelar Ph.D Aerospace Engineering dari Korea Advanced Institute of Science and Technology (KAIST) dengan Beasiswa LPDP.
Kontribusinya untuk senjata militer Tanah Air juga tak tanggung-tanggung. Peneliti aerospace dan aeronautika di Dinas Penelitian dan Pengembangan Angkatan Udara (Dislitbang AU) itu terlibat dalam keberhasilan uji coba operasional selusin bom TAG-82 pada pesawat tempur F-16.
Banting Setir sebagai Prajurit
Letkol Yoga tak pernah berpikir untuk menjadi tentara. Terlahir dari keluarga guru, Letkol Yoga lebih ingin menjadi pendidik.
Perencanaan karier saya justru ingin menjadi dosen saja,” ungkapnya dalam laman LPDP dikutip Senin (4/11/2024).
Namun di tengah proses seleksi dosen Universitas Padjadjaran (Unpad), sebuah lowongan untuk lulusan Fisika dibuka pula di Perwira Prajurit Karier TNI. Atas restu dan saran dari sang ibu, Letkol Yoga akhir
Kecerdasan Letkol Yoga ditempatkan mengisi pos jabatan peneliti. Selama 20 tahun terakhir menjadi prajurit TNI Angkatan Udara, selama itu pula ia mengabdikan keilmuannya sebagai peneliti.
Kumpulkan Gelar
Demi menunjang karier, ia melanjutkan studi di Institut Teknologi Bandung (ITB) dengan beasiswa TNI Angkatan Udara di bidang Aeronautika dan Astronautika hingga lulus pada tahun 2013.
Pada saat berkuliah di ITB, Letkol Yoga dilibatkan dalam kegiatan kerja sama pengembangan pesawat tempur Korea-Indonesia, KFX-IFX. Kesempatan itu mempertemukannya dengan salah satu profesor dari KAIST yang berpotensi dalam perancangan senjata terpandu. Pertemuan inilah yang membuatnya melanjutkan studi ke Negeri Ginseng.
“Saya pernah mencoba untuk daftar S3 di tempat lain, sebut saja misalnya di negara Amerika atau di Eropa, namun ternyata untuk bidang kompetensi yang saya tuju mensyaratkan beberapa hal yang tidak mungkin saya penuhi. Di antaranya adalah peserta di bidang itu harus warga negara Amerika misalnya, warga negara Eropa, atau negara yang memiliki kerja sama pertahanan dengan Amerika atau NATO”, terang Letkol Yoga.
Di tahun 2013 kala itu, jenis dan informasi beasiswa tidak semasif sekarang, begitu pun dalam internal TNI Angkatan Udara. Niat tulus Letkol Yoga untuk menuntut ilmu dijawab takdir, beasiswa LPDP baru saja dibuka.
Setelah melalui rangkaian seleksi, Letkol Yoga menjadi satu dari empat orang anggota TNI Angkatan Udara yang terpilih. Mereka menjadi penerima manfaat beasiswa LPDP angkatan PK-006.
Kontribusi Pertahanan
Sebagai Kepala Laboratorium Senjata dan Amunisi di Dinas Penelitian dan Pengembangan TNI Angkatan Udara, kontribusi Letkol Yoga membentang dari masalah teknis maupun strategis. Dengan ilmu yang ia bawa dari KAIST, Letkol Yoga merombak tata kelola penelitian dan pengembangan alutsista.
Dengan disiplin riset yang tepat, baru-baru ini Letkol Yoga dan tim mampu mengembangkan berbagai jenis bom, roket, maupun pesawat terbang tanpa awak.
(nir/nwy)