Jakarta –
Ketua Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia (AIPI) Prof Daniel Murdiyarso ungkap perguruan tinggi di Indonesia masih menghadapi banyak tantangan. Untuk mengidentifikasinya, Daniel menggunakan pendekatan PESTLE.
“Tantangannya (perguruan tinggi) banyak, tapi boleh kita gunakan analisa yang namanya PESTLE yaitu political, economic, social, technological, legal and environment (lingkungan),” katanya dalam Rapat Dengar Pendapat Umum Komisi X DPR RI terkait Pendidikan Tinggi, Riset, dan Teknologi, Selasa (5/11/2024).
Tantangan yang Dihadapi Pendidikan Tinggi RI
Faktor Politik
Pada faktor politik, setidaknya ada tiga poin yang perlu diperhatikan pemerintah.
1. Peraturan dan kebijakan pemerintah
Pendidikan tinggi di Indonesia sangat dipengaruhi oleh kebijakan nasional. Tetapi pemerintah secara berkala dinilai melakukan intervensi baik dalam desain kurikulum, otonomi institusi, dan alokasi pendanaan.
Sehingga tidak konsistennya kebijakan menjadi tantangan langsung yang dihadapi perguruan tinggi.
2. Pendanaan dan alokasi anggaran
Pendanaan pemerintah seringkali tidak mencukupi, sehingga berdampak pada universitas negeri lebih dari lembaga swasta. Dampak akhir yang timbul adalah kesenjangan dalam kualitas dan sumber daya manusia yang dihasilkan.
Daniel menyinggung anggaran yang diberikan pemerintah untuk mengakses teknologi memang besar. Namun terkadang anggaran ini bisa berubah dalam waktu singkat.
“Teman-teman di perguruan tinggi itu sangat repot dengan perubahan. Ini semoga menjadi take home message bagi kita semua karena perlu stabilitas pendanaan perguruan tinggi khususnya untuk riset,” bebernya.
3. Kemitraan internasional dan globalisasi
Indonesia semakin mencari kolaborasi internasional di bidang pendidikan tinggi. Namun, tantangan seperti menyelaraskan standar nasional dengan harapan global dan pergeseran politik dalam hubungan luar negeri dapat memengaruhi kemitraan ini.
Faktor Ekonomi
Faktor ekonomi Indonesia kerap kali masih menjadi masalah nyata. Terlebih bila dibandingkan dengan negara tetangga seperti Singapura. Adapun tantangan yang dihadapi perguruan tinggi ada 3 kondisi sebagai berikut.
1. Kendala anggaran
Pendanaan publik yang terbatas untuk pendidikan tinggi memengaruhi gaji dosen, infrastruktur, penelitian, dan adopsi teknologi. Hal ini sering memaksa universitas untuk mengandalkan biaya kuliah dan memberikan tekanan pada mahasiswa.
2. Biaya pendidikan tinggi
Banyak keluarga merasa sulit untuk membayar pendidikan tinggi. Kenaikan biaya kuliah berkontribusi pada tingkat pendaftaran yang rendah, terutama pada kelompok berpenghasilan rendah. Akibatnya akses ke pendidikan tinggi menjadi terbatas.
3. Kesenjangan keterampilan
Karena aksesnya terbatas, ada kesenjangan yang signifikan antara keterampilan lulusan dan permintaan pasar tenaga kerja. Kesenjangan ini akan berdampak pada tingkat pekerjaan lulusan dan potensi pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Faktor Sosial
Pada faktor sosial, perguruan tinggi menghadapi tantangan yang juga terdiri dari 3 masalah.
1. Akses dan keadilan pendidikan
Ada kesenjangan dalam akses ke pendidikan berkualitas. Terutama antara daerah perkotaan dan pedesaan.
Siswa perkotaan umumnya memiliki akses yang lebih baik ke sumber daya dan infrastruktur. Sementara siswa pedesaan sering menghadapi pilihan yang terbatas.
2. Populasi pemuda yang tinggi
Indonesia memiliki populasi pemuda yang terus bertambah, sehingga permintaan untuk pendidikan tinggi juga ikut meningkat. Hal ini memang menciptakan peluang, tetapi juga memberi tekanan pada institusi untuk memperluas kapasitas mereka.
3. Mengubah sikap terhadap pendidikan
Ketika pasar kerja menjadi lebih kompetitif, ada tekanan sosial yang juga meningkat pada kaum muda untuk mencapai gelar pendidikan tinggi. Namun, ada juga peningkatan minat pada jalur pendidikan alternatif seperti kursus dan sertifikasi online.
Faktor Teknologi
Berbagai tantangan kampus di ranah teknologi juga ada 3 masalah besar.
1. Transformasi digital
Sejak covid-19, berlangsung adopsi digital yang mempercepat peralihan ke model pembelajaran online dan hibrida. Namun, adopsi ini tetap dinilai tidak konsisten karena sumber daya yang terbatas. Terlebih terjadi juga kesenjangan literasi digital.
2. Kesenjangan infrastruktur
Banyak institusi yang kekurangan infrastruktur untuk integrasi teknologi canggih. Terlebih kampus yang ada di daerah.
Kesenjangan digital ini menghambat akses yang sama ke pendidikan berkualitas di seluruh wilayah.
3. Penelitian dan pengembangan
Investasi dalam pengembangan tetap rendah, memengaruhi kemampuan universitas di Indonesia untuk berkontribusi pada kemajuan teknologi dan inovasi. Akibatnya banyak siswa memiliki pergi ke luar negeri untuk penelitian terkait STEM.
Faktor Legal
Tantangan yang berkaitan dengan faktor legal dibagi ke dalam 3 masalah besar.
1. Tantangan peraturan
Peraturan yang kompleks memengaruhi tata kelola universitas, standar kurikulum, dan kualifikasi dosen. Bila fleksibilitas kurikulum tidak dirasakan kampus, universitas bak dicegah untuk beradaptasi dengan cepat terhadap kebutuhan industri yang kini terus berkembang.
2. Hak kekayaan intelektual
Penegakan undang-undang tentang hak kekayaan intelektual (HKI) masih tidak konsisten. Akibatnya penelitian dan inovasi universitas terpengaruhi, kolaborasi riset terhalang, hingga komersialisasi penelitian terbatas.
3. Akreditasi dan penjaminan mutu
Indonesia memiliki sistem akreditasi yang terpusat untuk memastikan kualitas pendidikan. Tetapi ada tantangan dalam menerapkan standar yang konsisten di seluruh universitas baik negeri atau swasta.
Faktor Lingkungan
Lembaga pendidikan tinggi memang mulai memasukkan kesadaran iklim dan kelestarian lingkungan dalam kurikulum serta penelitian. Tetapi tetap ada tantangan yang dihadapi dalam 3 masalah ini.
1. Keberlanjutan dalam pendidikan
Seiring dengan tumbuhnya kesadaran lingkungan, kampus semakin diharapkan untuk mengadopsi praktik berkelanjutan. Mulai dari masalah operasi hingga area fokus penelitian.
Namun, tantangan yang muncul berkaitan dengan pendanaan yang terbatas. Akibatnya inisiatif keberlanjutan terhambat.
2. Risiko bencana alam
Indonesia rawan bencana alam yang dapat mengganggu infrastruktur kampus dan kelangsungan pendidikan. Hal ini mengharuskan lembaga untuk memiliki infrastruktur dan rencana darurat yang tahan bencana.
3. Pendidikan perubahan iklim
Dengan meningkatnya kekhawatiran iklim global, ada dorongan bagi pendidikan tinggi untuk mengintegrasikan topik ilmu lingkungan, ketahanan iklim, dan keberlanjutan ke dalam kurikulum.
(det/nwk)