Jakarta –
Tumbuhan memang menjadi makhluk hidup dengan segudang manfaat bagi manusia. Dari sebagai sumber makanan, bahan baku rumah hingga industri, dan yang paling penting adalah penghasil oksigen.
Namun, ada satu manfaat tumbuhan yang mungkin belum banyak orang tahu, yakni mampu meredakan stres manusia. Kok bisa?
Proses meredakan stres dengan mediator tumbuhan dinamakan terapi forest healing. Terapi ini diketahui mulai banyak digunakan dalam bidang psikologi.
Salah satu pihak yang mengenalkan terapi ini adalah Fakultas Psikologi (Fapsi) Universitas Padjadjaran (Unpad). Kegiatan ini pertama kali dilakukan kepada peserta program International Internship Program 2024 yang digelar di kawasan hutan lereng Gunung Mandalawangi, perbatasan Kabupaten Bandung dan Garut, Rabu 11 September 2024 lalu.
Koordinator Program Forest Healing Fapsi Unpad, Hammad Zahid Muharram MPsi menjelaskan forest healing bisa digunakan untuk meredakan berbagai jenis simtom psikologi. Di antaranya adalah stres.
Ia menekankan dalam kata meredakan karena terapi ini tidak bisa menyembuhkan. Menurutnya stres bisa disembuhkan menggunakan terapi CBT (Cognitive Behavioral Modification) dengan cara modifikasi kognitif yang dilakukan untuk mengubah perilaku manusia.
“Forest healing tidak bisa menyembuhkan, karena penyembuhan stres perlu terapi CBT. Akan tetapi, sifatnya meredakan, lebih tidak separah sebelumnya,” tutur Zahid dikutip dari rilis di laman resmi Unpad, Selasa (24/9/2024).
Tahapan Terapi Forest Healing
Pada dasarnya, manusia memiliki ikatan kuat dengan alam. Ketika berada di hutan, kita akan merasakan iklim mikro yang berbeda dengan berada di kota.
Iklim mikro ini dihasilkan dari zat phytoncide yang dikeluarkan tumbuhan secara alami. Zat inilah memiliki kemampuan untuk meningkatkan kadar kesehatan manusia.
Kegiatan forest healing dimulai dengan berjalan kaki memasuki kawasan perladangan di lereng yang berbatasan dengan kawasan hutan lindung. Para peserta diminta untuk mengenakan sandal jepit selama berjalan di hutan.
Bersama Dosen Fapsi Unpad yakni Noer Fauzi Rachman PhD, Psikolog forest healing adalah proses bercengkrama dengan alam. Setiap peserta diminta untuk hening dan mendengarkan suara alam seperti desir angin, gemericik air, dan lainnya.
Jika sudah tenang, peserta diajak untuk menyentuh pohon, berbicara dengan pohon, memetik bunga liar, hingga memeluk pohon. Peserta juga diajak masuk ke kebun kopi untuk mencicipi buah kopi dan masuk lebih dalam ke semak belukar untuk kembali berbicara dengan pohon.
Di akhir kegiatan, peserta diajak turun ke sungai untuk bermain dengan air dan menangkap ikan dengan menggunakan jala. Zahid menyebutkan, aktivitas ini bukan tanpa alasan.
“Secara marwah, manusia merupakan bagian dari alam, sehingga ketika terkoneksi dengan alam, secara otomatis manusia telah kembali ke satu lingkup ekologi alami manusia,” katanya.
Forest healing membuat peserta makin terkoneksi dengan empat elemen yang ada di bumi. Yakni tanah, udara, api, dan air yang secara rinci dijelaskan dengan:
- Bertelanjang kaki atau menggunakan sendal menjadi aktivitas yang merepresentasikan koneksi dengan tanah.
- Duduk rileks sambil melihat awan, pemandangan, dan menghirup napas menjadi elemen udara.
- Berbicara dan memeluk pohon berkaitan dengan elemen api karena api simbol kehangatan.
- Elemen air berkaitan dengan aktivitas peserta terjun ke sungai.
“Air merupakan pelengkap dari semua elemen yang sudah terkoneksi. Secapek apapun fisik peserta setelah berjalan jauh di hutan, air bisa kembali menyegarkan tubuh peserta,” ungkap Zahid.
“Ketika kita kembali ke air, kita pun terkoneksi ke sumber kehidupan,” jelasnya.
Layanan Fakultas Psikologi Unpad
Forest healing memang terapi psikologi yang baru. Sebagian besar masih digunakan oleh pihak non-psikologi untuk tujuan komersil.
Sehingga tidak diketahui apakah terapi untuk meredakan stres atau tidak. Di tangan sosok yang mengerti bidang psikologi, seluruh aktivitas selama di alam akan dievaluasi. Dengan demikian, hasilnya bisa terukur.
Kegiatan ini memang menjadi proyek perdana. Zahid berharap kedepannya forest healing bisa menjadi salah satu layanan yang dikembangkan Fakultas Psikologi Unpad.
“Harapannya, ini bisa jadi produk fakultas,” tutupnya.
(det/pal)