Jakarta –
Isu biaya kuliah kembali menjadi perbincangan masyarakat di tengah musim penerimaan mahasiswa baru dan pembahasan anggaran pendidikan untuk RAPBN 2024. Jelang anak masuk kuliah, ada sejumlah tips menyiapkan biaya kuliah bagi orang tua.
Dikutip dari CNBC, jika bisa, langkah menyiapkan biaya kuliah dimulai dari saat anak lahir. Menabung biaya kuliah dapat dimulai dengan nominal kecil dan disesuaikan dengan inflasi biaya pendidikan.
Tips Menyiapkan Biaya Kuliah Anak
1. Cari Tahu Perkiraan Biaya Kuliah
Untuk menghitung biaya kuliah yang perlu ditabung, cari tahu terlebih dahulu biaya yang dikenakan untuk sejumlah prodi di sejumlah calon kampus tujuan. Opsi kampus dan prodi dapat memberi gambaran biaya dan fasilitas pendidikan yang akan didapat.
2. Perhitungkan Biaya Kuliah dan Inflasi
Kemudian, perhitungkan inflasi dalam perhitungan biaya kuliah yang harus ditabung. Menginvestasikan dana kuliah juga bisa jadi pilihan.
Pakar pendidikan tinggi dan penulis How to Appeal for More College Financial Aid, Mark Kantrowitz, memperkirakan biaya kuliah naik sekitar 3 kali lipat setiap 17 tahun. Untuk itu, orang tua dapat menyisihkan biaya kuliah sampai lulus yang telah terkena inflasi, lalu dibagi 48 bulan (4 tahun) untuk melihat berapa dana pendidikan tinggi yang harus disisihkan per bulan.
Kantrowitz mencontohkan, seorang anak disiapkan kuliah empat tahun di sebuah perguruan tinggi negeri. Hitung biaya kuliah, biaya makan, biaya kos, dan biaya lain-lain yang akan keluar. Misalnya USD 26.280 (Rp 436 juta), maka biaya kuliah yang perlu disisihkan adalah USD 300 (Rp 4,8 juta) per bulan sejak lahir dengan asumsi tingkat inflasi sebesar 3 persen.
3. Tabungan Pendidikan
Bergabung dengan program tabungan pendidikan, atau tabungan anak dapat diperhitungkan. Sejumlah program menawarkan program berjangka, transfer otomatis dari rekening orang tua, bunga menarik, dan benefit tertentu untuk pendidikan tinggi. Pilih yang sesuai dengan kemampuan menabung dan kebutuhan.
4. Investasi
Orang tua dapat mempertimbangkan reksa dana, obligasi, emas, dan lainnya. Dikutip dari laman CNBC Indonesia, investasi emas dapat mencapai keuntungan 162,11 persen atau lebih dari 1,5 kali lipat dalam 15 tahun.
Sedangkan reksa dana campuran terdiri dari instrumen pasar uang, surat berharga, dan saham. Jenis investasi yang dikelola manajer investasi ini cocok untuk investasi jangka menengah-panjang dan berisiko medium, dengan tingkat pengembalian hingga 50 persen dalam 5 tahun.
Penasihat keuangan Tim Maurer dalam BBC mengatakan, investasi orang tua harus lebih konservatif atau berhati-hati saat anak mendekati usia masuk kuliah. Dalam kondisi tertentu, obligasi dapat lebih berisiko daripada saham. Untuk itu, menjelang kuliah, pasar uang relatif lebih aman untuk menyimpan tabungan dana pendidikan.
5. Asuransi
Otoritas Jasa Keuangan dalam laman resminya menyarankan agar orang tua juga mempertimbangkan asuransi pendidikan. Gabungan antara produk tabungan dan asuransi jiwa berjangka ini dapat digunakan untuk memberi proteksi agar anak tetap dapat melanjutkan pendidikan jika orang tua meninggal dunia atau tertimpa risiko lainnya.
Terdapat dua asuransi pendidikan yang lazim dijumpai di Indonesia, yaitu asuran pendidikan dwiguna dan unit link. Asuransi pendidikan dwiguna adalah gabungan asuransi jiwa dengan pasar uang. Jika orang tua meninggal dunia atau catat total sehingga tidak bisa bekerja lagi, maka anak akan mendapat manfaat asuransi sesuai kontrak yang disepakati.
Sedangkan asuransi pendidikan unit link merupakan gabungan antara asuransi jiwa dan produk investasi. Premi yang dibayarkan juga akan dikelola pada produk investasi. Kemudian, keuntungan investasinya akan dibagikan sesuai tahap masa sekolah anak. Perlu digarisbawahi, terdapat risiko atas tiap investasi, termasuk asuransi jenis ini.
(twu/nwk)