Jakarta –
Universitas Indonesia akan ‘menghijaukan kembali’ hutan UI. Melalui Master Plan Hutan UI, wilayah kampus tersebut akan didesain ulang agar lebih bermanfaat bagi civitas akademika dan masyarakat luas.
Sebagai informasi, hutan UI atau hutan kota UI merupakan inisiasi dari Prof Sambas Wirahadikusumah, salah seorang pengajar di UI.
Pada 1983, inisiasi tersebut tertuang melalui pengenalan konsep pembangunan hutan kota pertama dengan studi kasus “Pembangunan dan Pengembangan Hutan Kota di DKI Jakarta” pada pilot proyek yang bekerja sama dengan Departemen Kehutanan Republik Indonesia. Hal tersebut kemudian ditetapkan kembali oleh Gubernur DKI Jakarta melalui SK Gubernur DKI Jakarta Nomor 3487 Tahun 1999 tentang Penetapan Hutan Kota Universitas Indonesia.
Ragam Vegetasi di Hutan UI
Hutan UI terbagi dalam tiga area yang mengikuti identitas wilayah asal flora, yaitu area Wales Barat, area Wales Timur, dan area Vegetasi Alami.
Area Wales Barat didominasi oleh flora yang berasal dari Indonesia bagian barat Garis Wallacea, sedangkan area Wales Timur didominasi oleh flora yang berasal dari Indonesia bagian timur Garis Wallace. Sementara, area Vegetasi Alami didominasi oleh flora endemik yang dapat ditemukan di daerah Pulau Jawa, khususnya Jawa Barat dan Jakarta.
Menurut laman resmi UI, luas hutan UI mencapai 90 Ha dan terdiri dari vegetasi pohon-pohonan yang beragam. Terdapat juga enam danau besar yang akronim dari tiap namanya membentuk kata KAMPUS, yaitu K(enanga), A(ghatis), M(ahoni), P (uspa), U(Lin), S(alam).
Luas dan vegetasi flora yang beragam menjadikan hutan UI mempunyai beberapa fungsi, seperti kawasan resapan air KotaDepok dan wahana penelitianbiodiversitas (keanekaragaman hayati).
Selain itu, di dalam area hutan UI juga terdapat area trek sepeda yang dibuat oleh salah satu komunitas sepeda UI. Di samping bersepeda, masyarakat umum juga bisa memanfaatkan kawasan hutan UI untuk jogging atau sekedar berjalan-jalan.
Fasilitas yang Belum Terjamin
Kendati demikian, pihak kampus menyayangkan beberapa fasilitas yang masih kurang menunjang kebutuhan masyarakat. Supriatna selaku Ketua Departemen Geografi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) UI mengatakan jika keamanan di dalam hutan masih belum terjamin.
Selain itu, terdapat risiko orang-orang yang masuk ke dalam hutan dengan tujuan lain. Supriatna mengungkap jika hampir semua pagar di hutan telah rusak.
Supriatna, Ketua Departemen Geografi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) UI [Paling Kanan] Foto: Nikita Rosa/detikedu
|
“Itu banyak yang masuk dengan tujuan-tujuan tertentu. Itu menjadi persoalan besar,” jelasnya dalam Rencana Pengelolaan Hutan Kota UI pada Festival Pengabdian dan Pemberdayaan Masyarakat 2024 di Ruang Apung, Jl. Lingkar, Pondok Cina, Kecamatan Beji, Kota Depok, Jawa Barat, Kamis (3/10/2024).
“Karena hampir semua hutan-hutan itu pagar rusak semua, besinya dicolong kalau nggak salah beberapa,” sambungnya.
Buat Master Plan Hutan UI
Oleh karena itu, Supriatna mengatakan jika UI akan mendesain ulang hutan UI melalui master plan yang sudah dibuat.
“Kita sudah buat dampak petamasterplan yang ini akancocokan dengan master plan yang ini,” ujarnya.
Nantinya, pihak kampus akan mendorong UI sebagai laboratorium alami untuk riset mahasiswa dan peneliti, pelindung biodiversitas, serta memenuhi fungsinya sebagai hutan kota bagi masyarakat sekitar.
Saat ini, tim sudah melakukan survei pada 100 titik di hutan UI. Rencana ‘mendesain ulang’ akan disesuaikan dengan titik survei serta kebutuhan masyarakat.
“Di mana titik itu nanti menjadi poin penting untuk perencanaan masyarakat di depan,” pungkasnya.
(nir/nah)