Jakarta –
Universitas Negeri Surabaya (Unesa) jadi satu-satunya kampus yang wakili Indonesia di Times Higher Education (THE) University Impact Forum 2024 di State Oil and Industry University baku-Azerbaijan pada 11-12 September lalu. Bahas tentang apa?
Perubahan iklim menjadi satu hal penting yang harus diperhatikan dari berbagai sisi, termasuk dunia pendidikan. Melalui pendidikan, perguruan tinggi diharapkan mampu mewujudkan kesadaran masyarakat dalam menjawab tantangan perubahan iklim
Untuk itulah, perubahan iklim yang masuk dalam Sustainable Development Goals (SDGs) ke-13 menjadi bahasan dalam forum kali ini. Wakil Rektor III Bidang Riset, Inovasi, Pemeringkatan, Publikasi, dan Science Center Unesa, Bambang Sigit Widodo menjelaskan perubahan iklim global juga tengah serius ditangani Unesa.
Dengan berpartisipasi dalam forum ini, pihaknya cukup optimis untuk menguatkan capaian SDGs 13. Khususnya dalam pemeringkatan THE Impact Ranking tahun 2025.
“Unesa cukup optimis mampu menguatkan capaian SDG 13 khususnya dalam pemeringkatan THE Impact Ranking tahun berikutnya. Pak Rektor Cak Hasan juga mendukung dengan diinisiasi adanya SDGs center di Unesa mulai tahun 2025,” katanya dikutip dari rilis di laman resmi, Minggu (15/9/2024).
Rangkaian Kegiatan THE University Impact Forum
Dijelaskan Bambang, agenda tahunan THE University itu dibuka oleh Emin Amrullayef, Menteri Sains dan Pendidikan Azerbaijan. Ia memberikan pemahaman penting tentang masalah perubahan iklim.
Selanjutnya sesi diskusi panel mulai dilakukan. Guru besar sekaligus Direktur Inovasi, Pemeringkatan, dan Publikasi Ilmiah Unesa, Nadi Suprapto juga menjelaskan apa yang ia dapatkan dalam forum ini.
Menurutnya, universitas dapat menggunakan pengaruhnya terhadap pemangku kepentingan dan menjadi duta dalam mitigasi perubahan iklim. Karena para panelis sepakat bahwa perubahan iklim adalah masalah yang sangat serius.
“Adam Jageillo-Rusilowski, Direktur Akademik Innocamp PI Polandia menyampaikan bahwa masalah perubahan iklim merupakan masalah besar dan harus menjadi passion bagi generasi muda. Artinya gaya hidup masyarakat harus memperhatikan dampak iklim yang ditimbulkan,” Kata Nadi.
Tidak bisa sendiri, Christine Ozden, Global director of climate education Cambridge University Press and Assessment yang juga menjadi panelis menyampaikan perlu adanya inovasi pendidikan dalam menghadapi perubahan iklim. Baik ditingkat nasional maupun internasional di bidang pendidikan.
“Perlu adanya inovasi dalam pendidikan perubahan iklim melalui kolaborasi internasional, pengembangan metodologi penelitian terkait perubahan iklim, penerapan kecerdasan buatan (Artificial Intelligence), dan pengembangan kurikulum tentang perubahan iklim,” kata Ozden.
Tetapi, satu faktor lain yang tidak bisa dilepaskan adalah mahasiswa. Julia Selxas yang juga Pro rector NOVA University, Lisbon menjelaskan pengetahuan dan keterampilan mahasiswa tentang masalah iklim harus ditingkatkan.
Sebuah studi menjelaskan penguasaan konsep mahasiswa tentang perubahan iklim masih penting. Mereka belum bisa membedakan antara perubahan iklim, pemanasan global, penipisan lapisan ozon, dan efek rumah kaca.
Untuk itu, pendidikan tinggi punya tugas menyediakan sumber belajar yang mendukung pendidikan perubahan iklim. Caranya dengan banyak penelitian interdisiplin yang melibatkan banyak institusi dan perlu dukungan pimpinan melalui pelatihan, pendidikan, dan lain-lain.
Kurikulum Perubahan Iklim di Unesa
Satu hal yang menarik perhatian PIC SDG 13 Unesa, Eko Hariyono yang ikut hadir dalam forum tersebut adalah tentang kurikulum. Ia ikut mempertanyakan bagaimana seharusnya mendesain kurikulum dan juga proses melibatkan pemangku kepentingan dalam mendukung pendidikan perubahan iklim di perguruan tinggi.
Terkait hal tersebut, para panelis menyampaikan bila perubahan iklim merupakan masalah yang penting. Semua pihak termasuk institusi pendidikan turut bertanggung jawab terkait dampak iklim di suatu negara. Dalam hal ini dicontohkan iklim di Azerbaijan.
Sehingga banyak perguruan tinggi meluangkan waktu untuk memberikan ide dan gagasan terkait isu ini. Solusinya akhirnya dituangkan dalam bentuk kurikulum perguruan tinggi di Azerbaijan.
Tidak berhenti, Unesa juga mendapat undangan menghadiri United Nations Climate Change Conference or Conference of the Parties of the UNFCCC yang sekarang dikenal sebagai COP 29 di Baku Azerbaijan pada 11-22 November 2024. Konferensi ini akan menambah pengetahuan Unesa terkait bagaimana seharusnya perguruan tinggi berperan dalam perubahan iklim.
(det/faz)