Jakarta –
Kepala Badan Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen), Endang Aminudin Aziz menuturkan pihaknya tengah merumuskan metode pengenalan sastra yang tepat bagi anak sejak dini. Dalam hal ini, Badan Bahasa mengganteng sastrawan hingga ahli kurikulum.
“Kawan-kawan para ahli sastra anak, para ahli kurikulum sekarang ini sedang berdiskusi bagaimana merumuskan cara terbaik memperkenalkan sastra sejak awal, sejak anak-anak,” katanya di Graha Bhakti Budaya, Taman Ismail Marzuki, pada Selasa (10/12/2024).
Upayakan Kecakapan Literasi Anak
Menurut Endang, upaya ini dilakukan karena pengetahuan anak soal sastra erat kaitannya dengan kecakapan literasi anak. Jika anak sudah mengenal sastra sejak dini, maka minat membaca pun akan meningkat.
“Semakin cepat diperkenalkan anak itu dengan kesukaan membaca, maka semakin cepat juga anak akan meningkatkan karya-karya sesuai dengan tingkat kecakapan literasi,” jelasnya.
Upaya pencarian metode pengenalan sastra ini pun tak menutup kemungkinan akan melibatkan pihak lainnya. Aminudin berharap semakin cepat pengenalan sastra maka semakin meningkat juga tingkat literasi anak.
“Pokoknya semua kita arahkan untuk secara bersama-sama. Kementerian lembaga juga kita dorong untuk secara bersama-sama,” tuturnya.
Sastra Masuk Kurikulum
Sebelumnya, Kemendikbudristek telah mencanangkan program “Sastra Masuk Kurikulum” sebagai bagian dari Kurikulum Merdeka. Sastra Masuk Kurikulum didesain lewat pengadaan buku sastra yang dibuat langsung oleh Pusat Perbukuan.
“Sastra itu di satu sisi media yang sangat potensial untuk menumbuhkan literasi yang levelnya lebih tinggi tadi dan di sisi lain bisa menjadi wahana untuk pendidikan karakter yang pasti membutuhkan empati,” ujar Kepala Badan Standar, Kurikulum, dan Asesmen Pendidikan (BSKAP), Anindito Aditomo dalam arsip detikEdu.
Peningkatan upaya pemerintah dalam menggencarkan sastra ini sebagai respons dari tingkat literasi siswa Indonesia yang masih rendah. Dalam laporan studi Organisasi Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi (OECD), persentase kemampuan literasi siswa Indonesia masih berada di angka 3 persen.
Meski berdasarkan data Programme for International Student Assessment (PISA) skor kompetensi membaca siswa Indonesia tahun 2022 naik 5 posisi, tetapi secara global menurun layaknya negara lain.
Nah, bagaimana menurut detikers? Apakah sastra memang perlu masuk kurikulum dan harus diajarkan kepada anak sedini mungkin?
(cyu/faz)