Jakarta –
Kehadiran vokasi di ranah pendidikan tinggi sudah tidak bisa dipandang sebelah mata. Hal ini terlihat dari data terbaru pada Seleksi Nasional Berbasis Tes (SNBT) yang menyatakan program studi (prodi) vokasi memiliki persaingan yang tinggi.
Direktur Jenderal Pendidikan Vokasi (Dirjen Diksi) Kemendikbudristek Kiki Yuliati menjelaskan ada peningkatkan terkait minat peserta UTBK pada prodi vokasi. Hal ini menandakan peserta makin mengenal, mempelajari, dan mencari tahu program vokasi lebih jauh serta apa yang akan didapat.
Dengan demikian, pemerintah terus memberikan catatan agar pendidikan vokasi semakin berkualitas setinggi mungkin. Sehingga lulusannya bisa bersaing dengan mereka yang memiliki gelar sarjana.
Selaras dengan hal tersebut, Universitas Indonesia (UI) menerapkan kurikulum baru khusus pendidikan vokasi di kampusnya. Kurikulum ini bernama Outcome Based Education (OBE).
Direktur Pendidikan UI, Prof Dr Ir Anak Agung Putri Ratna MEng menjelaskan sebenarnya OBE sudah dipersiapkan kampus jaket kuning itu sejak tahun 2009. Namun, di tahun 2024 dosen di pendidikan vokasi UI baru mendapat pelatihan resminya.
“UI sudah bergerak ke arah kurikulum OBE sejak 2009. Luaran yang memiliki dampak bagi masyarakat menjadi poin utama dalam pencapaian kurikulum tersebut,” ujar Ratna dikutip dari rilis di laman resmi UI, Rabu (26/6/2024).
Mengenal Kurikulum OBE
Kurikulum OBE diterapkan dengan pendekatan sistem pendidikan yang terfokus pada pengembangan kemampuan penting bagi mahasiswa. Sehingga pada akhirnya mahasiswa mendapat pengalaman belajar.
Karakter kurikulum OBE berfokus pada hasil belajar yang jelas dan ringkas, namun tetap kompleks terutama meliputi tiga hal penting. Yakni pengetahuan (knowledge), keterampilan (skill), dan sikap (attitude).
Keterampilan pembelajaran dalam kurikulum OBE selaras dengan kemampuan yang diperlukan oleh industri 4.5 atau 5.0. Untuk menilai capaian pembelajaran, kurikulum OBE menerapkan asesmen dan evaluasi.
Karena pendidikan vokasi menitikberatkan pada praktik, OBE hadir agar mahasiswanya lebih paham ketika berkuliah. Sehingga ketika lulus ia akan memiliki kualitas yang berbeda.
“Pendidikan vokasional yang menitikberatkan pada praktik menunjukkan bahwa kurikulum OBE tersebut perlu tercipta agar mahasiswa paham hal yang dipelajari saat kuliah, sehingga ketika terjun ke industri mereka akan memberikan manfaat yang dapat dirasakan oleh masyarakat secara langsung,” tambah Ratna.
Sudah Diterapkan Kampus Luar Negeri
Baru diterapkan di UI, Kepala Badan Penjamin Mutu Akademik UI, Prof Sri Hartati Dewi Reksodiputro MA PhD menjelaskan pendidikan di luar negeri sudah menganut sistem OBE. Sehingga dosen harus terus meningkatkan kualitas mereka sebagai pendidik.
Selain itu, ia juga menekankan pentingnya prodi vokasi memiliki akreditasi internasional. Lulusan vokasi UI nantinya akan bersaing di skala internasional, sehingga perlu adanya pengukuran nilai pendidikan yang memiliki standar tinggi.
Menariknya, kurikulum OBE bisa dikembangkan dan dikolaborasikan lintas prodi bahkan kampus mitra luar negeri. Sehingga lagi-lagi lulusan vokasi akan mampu bersaing di kancah global.
Salah satu program yang berkaitan dengan kolaborasi pendidikan luar negeri adalah International Student Mobility Awards (IISMA). Diketahui pada 2024, 92 orang mahasiswa Vokasi UI mendapat skema IISMA full funding dan 4 orang lainnya dengan skema co-funding.
Dengan IISMA, mahasiswa akan mendapatkan pengalaman baru yang tidak dimiliki teman-temannya. Yakni berkuliah di luar negeri dengan ilmu bermanfaat yang bisa diterapkan ketika terjun ke dunia industri setelah lulus.
(det/nwy)