Jakarta –
Menjaga keamanan dan perlindungan data termasuk salah satu komponen etika penggunaan generative AI bagi mahasiswa dan dosen di Indonesia. Kemendikbudristek baru-baru ini merinci penjelasannya lewat buku Panduan Penggunaan GenAI pada Pembelajaran di Perguruan Tinggi, dirilis Jumat (11/10/2024).
Berdasarkan panduan resmi Kemendikbudristek, mahasiswa dan dosen pengguna generative AI perlu memperhatikan keamanan data, kerahasiaan data, keamanan sistem, dan waspada terhadap aktivitas pelacakan ilegal selama berselancar dan menggunakan aplikasi dan tools generative AI.
Simak langkah penggunaan generative AI buat mahasiswa dan dosen untuk menjaga keamanan dan perlindungan data berdasarkan panduan resmi di bawah ini.
Etika Pakai AI Generatif untuk Jaga Keamanan Data
1. Gunakan enkripsi, anonimitas, dan otentikasi kuat seperti otentikasi 2 faktor (2-factors authentication) saat menggunakan generative AI dan produk-produk teknologi informasi lainnya.
2. Hindari memasukkan data konfidensial seperti data riset nonpublik, data keuangan, data sumber daya manusia (SDM), data mahasiswa, informasi medis, dan lain-lain karena aplikasi generative AI biasanya tidak diatur untuk bekerja secara tertutup atau privat.
3. Hindari risiko menjadi korban phishing (pencurian informasi) dan deepfake (pemalsuan identitas dengan data tertulis, audio, dan visual) dengan memperhatikan izin-izin yang diberikan pada aplikasi saat menjalankan sistemnya, seperti izin penggunaan email, telepon, dan pesan.
4. Bersihkan cookies yang tidak perlu, secara rutin hapus cache, gunakan antivirus atau antimalware pada komputer/laptop/handphone, dan aktifkan tracker blocker di perangkat.
Itulah etika memakai AI generatif untuk menjaga keamanan data, khususnya untuk mahasiswa dan dosen. Pastikan informasi pribadi tetap aman, ya!
(twu/faz)